Kamis, 25 Februari 2016

Memanen Kangkung Di Dewa Emas

Belajar itu perlu, tetapi belajar di dalam ruang terus-menerus membuat pikiran semakin jenuh. Pikiran butuh re-fresing, tenaga perlu re-charging, skill need for up-grading. Belajar tidak melulu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, ... dan mata pelajaran formal lainnya. Mencintai alam misalnya, bisa jadi pelajaran yang menyenangkan sekaligus mengasah Life Skill Education untuk tua maupun muda. Memang, tempat wisata edukasi sudah banyak menjamur, akan tetapi "Apakah Readers sudah mencoba DEWA EMAS ?"

Life Skill Education (Pendidikan Kecakapan Hidup), Menurut WHO pengertian kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif.

Terbentuknya Dewa Emas.
Dewa Emas adalah akronim dari Desa Wisata Kemasan. Wisata yang resmi di buka April 2014; tempat ini menjadi kawasan wisata edukasi baru yang menawarkan pertanian kangkung dan outbound (Dukuh Mungup), pertanian padi (Dukuh Maron), pembuatan roti (Dukuh Tangkisan), pengolahan sampah terpadu (Dukuh Klegen), dan pengolahan jamu (Dukuh Tegalsono). Kemasan sendiri merupakan salah satu desa dari 12 kecamatan di Sawit (Tlawong, Gombang, Tegalrejo, Jenengan, Cepoko Sawit, Kemasan, Manjung, Kateguhan, Jatirejo, Bendosari, Karangduren, dan Guwo Kajen). Banyaknya potensi wisata yang belum terkelola dengan baik membuat warga (tua dan muda) berpikir untuk membuat tempat wisata sekitar semakin nyaman agar dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian warga.

Logo Dewa Emas
Sumber : desawisatakemasan.com

Fasilitas Wisata.
Sebagai tempat wisata Dewa Emas menyediakan beberapa fasilitas yang bisa digunakan, seperti : Pendopo Joglo luas yang dikelilingi taman hijau dan asri ditambah beberapa gazebo sebagai tempat istirahat ataupun bersantap sambil melihat lahan pertanian kangkung yang 'ijo royo-royo'. Untuk keperluan Fun Game dan Outbound Dewa Emas menyediakan tempat yang  luas dan sejuk, pelataran yang bersih dan megah dilengkapi dengan aula pertemuan yang nyaman, pastinya cocok untuk liburan atau kegiatan sekolah, kantor, komunitas, ... yang bersifat massal (dalam jumlah besar).

Selasa, 23 Februari 2016

Aku Dan Buku

Awal tahun ini. "Entah", kapan tepatnya. Saya mulai tertarik untuk melahap lembar-demi-lembar buku tanpa memperdulikan buku genre apa yang saya baca ---yang penting saya disiplin dan rajin membaca. Novel (fiksi, non-fiksi), biografi, sejarah, pendidikan, ... semuanya saya baca. Padahal 'membaca buku' bukan resolusi tahun ini. Alih-alih tersugesti untuk mencegah pikun karena faktor usia, tetapi (secara) spontan ketertarikan membaca muncul hingga menjadi sebuah kebiasaan malah sekarang tercatat sebagai hobby pada lembar riwayat hidup saya.

sumber : hereisfree.com

Ngomongin buku memang tidak akan pernah habis. Tahun semakin bertambah semakin banyak pula penulis-penulis muda yang mulai merintis dan meng-explore kemampuan menulis hingga (dapat) menerbitkan buku. Seperti tidak mau kalah bersaing, penerbit baru juga bermunculan membaca peluang pasar.

"Mulailah dengan memilih buku yang mengulas hobimu"

Kutipan diatas mungkin bisa readers gunakan sebagai motivasi awal sebelum menentukan bacaan apa yang tepat. Ingat best seller belum tentu tepat, bagus menurut teman belum tentu bagus untuk anda, tebal belum tentu membosankan, karena setiap orang punya pilihan.

Sekarang, setiap bulan saya berusaha menyisihkan penghasilan bulanan untuk membeli minimal satu buah buku untuk menjaga hobby yang masih dini saya geluti agar tidak menguap begitu saja dan secara tidak langsung koleksi buku-buku saya bertambah. Lumayan, bisa dipakai buat "mas kawin" atau "warisan buat anak", kelak.

Selasa, 16 Februari 2016

Seafood & Sun Set Di Pantai Depok, Bantul


Baru setelah tinggal di Yogyakarta, saya mulai menikmati makanan yang dahulu tidak saya sukai sebut saja sea-food makanan dari sumber daya laut : bermacam jenis ikan, kerang-kerangan, udang, rajungan, kepiting maupun lobster semuanya (hampir) sudah saya coba. "Ya", semua bermula dari hobby teman-teman yang sering ngajak untuk menikmati makanan hasil laut ini.

Jaman masih jadi mahasiswa makanan jenis ini selalu saya tolak jangankan membeli, mencicip atau menjilat sedikit saja saya tidak sudi ---disamping harganya yang tidak ekonomis, bau amis, lendir dan tekstur kenyal. Namun setelah lulus dan (merasa mampu) mencari nafkah sendiri ---untuk kebutuhan hidup ataupun membeli sesuatu di jaman kuliah tidak (dapat) terbeli. 

Saya mulai ikut mencoba menikmati makanan yang dari dulu teman saya bilang,
"Bodoh loe, Men. Masak belum pernah nyicipin seafood ? Tu..., liat kepiting, rajungan, kerangnya gedhe-gedhe banget enak ni..., kalau dimasak asam-manis-pedas atau lada hitam, digoreng tetap (jadi) enak. Pokoknya surga dunia-lah, Men".

Belum lagi bapak saya ---karena sering keluar kota (lebih sering) di pesisir kota (dekat laut)--- meledek,
"Ya ..., sudah. Bapak saja yang makan (semua). Makanan mahal kok, ndak doyan tho, Le !"

Benar kata sebuah pepatah, "Don't judge sea-food by it's texture" maksud saya, "Don't judge the book by it's cover". Walau (mungkin) belum mengetahui siapa penulis pepatah tersebut readers pasti sudah mengenal pepatah ini dengan baik.


Benar juga kata salah satu teman-kost yang (pernah) ngasih pernyataan ----lebih sering bikin campur aduk hati & pikiran saya. "Hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati seseorang", pernyataan-nya kala itu. 

Senin, 15 Februari 2016

Cohmy Has Hipnotized By Amateur Menthalist

In the lonelly hours . . . Skip! There was not lonellyness, togetherness only. Cohmy, Wisnu, Desi, Bambang and always me (Omen) ---in this occassion I were called Sport Club team--- have met-up at "Bale Bebakaran Restaurant" located near XT-Square Garden, Jl. Mentri Supeno No. 100 Umbul Harjo Yogyakarta, More details single click on it @bale_bebakaran.


This meet up was going to evaluate our event "Panpages Sport Club : 1st gathering", making to do list also for planning our agenda in 2016 ---we wish, could stay together and take longer position--- instead of talk about Sport's Club Agenda, we prefered to look into list menu of Restaurant. Hmmm, all dishes arouse our appetite and succed stealing our focus.

After, made choices : Desi, Cohmy, Wisnu and I prefered to chicken package ---consist of chicken breast, sambal, lalapan including rice--- while Bambang really interested in crunchy deep friend mushroom with glaze of sugar (or) honey ---I tasted honey instead of sugar as food. Various beverages available in here and we decided to ordered Iced lemon tea, iced lemon lime, lime squash ---has same taste with iced lemon lime, but added lemongrass with slim-tall glass--- also iced tea. cap-cay (dish that consist of ten ingredients especially vegetables) and stir kangkung with garlic as complement. Importantly all food and beverages which have ordered has reasonable price, range from 6k for beverage and 10k for food.

14 Februariku Untuk Supriyadi

14 Februari semua (hampir) anak muda di seluruh dunia tahu, kalau 14 Februari "Tukar Kado di Hari Kasih Sayang". Menurut saya Valentine's Day merupakan perayaan yang (sedikit) mengkhawatirkan karena ditodong bingkisan : cokelat, bunga, boneka, sepatu, baju, dll; Ajang free sex, long-night party  dan beragam budaya barat yang (kebanyakan) meresahkan semua kalangan.

google image
Untuk saat ini saya lebih tertarik untuk menceriterakan kisah seorang pemuda Trenggalek, Hindia-Belanda (Indonesia jaman penjajahan Jepang) yang melakukan pemberontakan tepat ditanggal 14 Februari 1945. Dialah Shodancho (komandan peleton) Soeprijadi (baca : Supriyadi) yang memimpin tentara PETA (Pembela Tanah Air) melakukan pemberontakan melawan tentara Jepang, namun gagal---kalah jumlah dan bala tentara "Negeri Matahari" lebih kuat. Hal inilah yang membuat Panglima PETA (Muradi, Supardjono, Suryo Ismangil, Halir Mangkudijaya, Soedarmo, Sunanto, Supriyadi) beserta tentara PETA kocar-kacir hingga berakhir dengan penangkapan enam (delapan) panglima yang memberontak dan dijatuhi hukuman penggal atau penjara seumur hidup.

Pemberontakan ini terjadi karena deskriminasi Jepang kepada tentara PETA dan penderitaan romusha yang seringkali ditindas dan mendapat perlakuan semena-mena. Pemberontakan ini sekaligus menjadi pemberontakan paling berani yang terjadi tanpa disadari oleh pihak Jepang.